Tulisan 4
ARTI PENTING
STRES
Ø Pengertian
Stress
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stress yang terlalu besar
dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Istilah stress dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang
mendefinisikan stress sebgai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap
tuntutan yang dikenakan padanya. Dimana stress ini dapat dipicu oleh beberapa
faktor yaitu faktor fisikm faktor psikologis maupun kombinasi antara kedua
faktor tersebut.
Ada beberpa definisi stress menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu :
1. Menurut Robbins (2001:563) stress
juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis
seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan
tersebut terdapat batasan atau penghalang.
2. Menurut lazarus (1976), stres
adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu
dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
3. Menurut Korchin (1976), keadaan
stress muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak
mengancam kesejahteraan atau integrasi seseorang.
Maka dapat disimpulkan bahw stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang.
Ø EFEK STRES
Stres merupakan silent killer yang bisa membunuh kita pelan-pelan. Stres
juga dapat mempercepat proses penuaan dan mempengaruhi kecantikan kulit maupun
rambut. Yang terburuk adalah Anda bahkan tidak menyadari efeknya. Rambut rontok
bukan satu-satunya efek dari stres. Berikut ada beberapa efek terhadap stres:
1.
Rambut rontok sehingga rambut menjadi tipis.
2. Kurangnya daya pikir.
Stress tingkat akut bisa mengakibatkan kematian. Hal
ini sejalan dengan penelitian para ahli di Amerika Serikat yang menemukan fakta
mengejutkan bahwa enam penyebab kematian utama ternyata memiliki keterkaitan
yang erat dengan penyakit stress. Adapun enam penyebab kematian
tersebutantara lain:
· Penyakit jantung koroner.
· Kangker.
· Paru-paru.
· Pengerasan hati.
· Bunuh diri.
· Penyakit jantung koroner.
· Kangker.
· Paru-paru.
· Pengerasan hati.
· Bunuh diri.
Di Negara seperti Jepang dan Korea, tingkat kematian yang merupakan akibat
stress cukup tinggi. Budaya bunuh diri kedua Negara ini dahulu terkait dengan
harga diri dan rasa malu. Tetapi kini, bunuh diri lazim dilakukan karena
ketidakmampuan mengolah permasalahan. Berbagai tekanan yang berujung pada
stress membuat banyak dari rakyat Korea dan juga Jepang yang memilih mengakhiri
hidup mereka. Pada titik ini, stress tak lagi bisa dipandang remeh.
Penanggulangan dini jauh lebih baik ketimbang mengobati.
Ø GENERAL
ADAPTATION SYNDROM DARI HANS SELYE
Reaksi
fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai
general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
1.
Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh
dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau
cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat
katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya
mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
2.
The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi
terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada
keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini
disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah,
misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah
dan sebagainya.
3.
Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini
gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain
gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai
bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu
banyak makan.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam
3 tingkatan,
1.
Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan
rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang
terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi
suatu perkawinan.
2.
Distress merupakan respon stress yang buruk dan
menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
3.
Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada
antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih
seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi fisik, lingkungan, dan sosial
merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.Istilah stressor
pertama kali diperkenalkan oleh selye.
Jenis –jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut :
masalah perkawinan, masalah keluarga, masalah hubungan interpersonal,
masalah pekerjaan, lingkunagn hidup, masalah hukum, keuangan, perkembangan
penyakit fisis dan lain-lain
Ø FAKTOR
INDIVIDUAL DAN SOSIAL- PENYEBAB STRES
Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001)
menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi
dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami
distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh
keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan
psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang
bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Faktor-faktor stress yaitu ;
o
Faktorsosial.
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup:
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup:
Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi. Dukungan nyata, seperti bantuan
atau jasa dan Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai
masalah tertentu. Faktor Individual Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia
harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu
(predictability).
Ø TIPE STRES
PSIKOLOGIS
Manusia
berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat
memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya
adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula
suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres
psikologis, yang sering terjadi bersamaan
Tekanan : tekanan bisa timbul dari dalam dan luar diri kita,terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri kita yaitu semisal dari lingkungan. Baiknya apabila merasa sudah dalam keadaan tertekan kita harus bisa mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan stress tersebut.
Tekanan : tekanan bisa timbul dari dalam dan luar diri kita,terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri kita yaitu semisal dari lingkungan. Baiknya apabila merasa sudah dalam keadaan tertekan kita harus bisa mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan stress tersebut.
Frustasi :
situasi ini timbul karena suatu kejadian hal yang tidak mengenakan,semisal kita
sudah berusaha belajar dengan baik dengan harapan mendapatkan reward (nilai)
yang baik atau sesuai dengan usaha yang kita lakukan,tapi pada kenyataannya
nilai yang kita dapat malah buruk,itu mengakibatkan diri seseorang
frustasi,terkadang menjurus ke perasaan putus asa.
Konflik : ini
bisa timbul di karenakan dua belah pihak mempunyai satu tujuan hanya jalannya
berbeda,ini mengakibatkan seseorang terjebak dalam sebuah konflik dan pastinya
hal ini akan membuat seseorang stress. Karena tidak semua orang bisa menghadapi
konflik yang iya terima,terkadang membutuhkan pihak ke 3 untuk menyelesaikan
konflik yang mereka alami.
Kecemasan : ini
terjadi karena tingkat panik yang berlebihan dan tak bisa mengontrol paniknya
itu,dan dia tidak bisa menghadapi keadaan di sekitarnya.
Ø Symptom reducing
responses terhadap stress
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada
masalah, Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada
masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif
untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah
Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon
terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan
penilaian defensif.
Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 :
567) :
a. strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut
dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya
secara langsung
b. strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres.
Menurut Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang
menggunakan strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia
lebih tua, lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang
dapat dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial
yang dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar
mudah merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis,
dan telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya
selama tahun sebelumnya.
Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata.
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata.
Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau
berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi
yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat
dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan
situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di
atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).
Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres. Berbagai strategi penanganan stres. Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres. Berbagai strategi penanganan stres. Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
Ø Pendekatan
“problem solving” terhadap stress
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu
sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harus bisa memilih mana
jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain.
Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita
pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah
darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang
terbaik untuk kita, apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan
kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya
mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.
Sumber :
Lazarus,R,S.,& folkman,S. (1984).
Stress,appraisal,and coping. New York: Springer.
Lazarus, A. A. (2006). Learning theory and the treatment of depression. Behavior research and therapy, 6, 83-89.
Lazarus, A. A. (2006). Learning theory and the treatment of depression. Behavior research and therapy, 6, 83-89.
Sunaryo. 2002. Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Siswanto. 2007. Kesehatan mental;
konsep, cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi
abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Munandar, A.S. 2001. Psikologi
industry dan organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Nursalam, Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan
keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika
Anonim. 1999. Manajemen stres.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar