Tulisan 5
Ø Model Hubungan Interpersonal
Dalam suatu
interaksi, dapat dimungkinkan munculnya hubungan interpersonal dimana hubungan
antara pihak-pihak yang berinteraksi telah menjadi lebih jauh. Dalam hubungan
interpersonal terdapat beberapa unsur yang dapat digunakan dalam
mengklasifikasi hubungan interpersonal tersebut. Unsur tersebut meliputi jumlah
individu yang terlibat, tujuan yang ingin dicapai, jangka waktu hubungan, serta
tingkat kedalaman atau keintiman hubungan.
Hubungan
interpersonal sendiri dibagi kedalam empat model. Model sendiri menurut
B.Aubrey Fisher merupakan analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari
keseluruhan unsur, sifat, atau komponen yang penting dari sebuah fenomena.
Dengan kata lain model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori.
Model pertama
adalah Model Pertukaran sosial( social exchange model) dimana didefinisikan
secara singkat bahwa hubungan interpersonal diidentifikasikan dengan transaksi
dagang. Untuk memperoleh sesuatu ada harga yang arus dibayar (cost-reward).
Model hubungan
interpersonal yang kedua adalah Model Peranan (role model). Dalam model ini,
hubungan interpersonal digambarkan sebagai panggung sandiwara. Individu akan
dipandan baik bila dapat memainkan perana sesuai ekspektasi lawan hubungan.
Bila individu tersebut bertindak jauh dari ekspektasi, maka hubungan interpersonal
cenderung akan menjadi lebih renggang.
Model yang
ketiga adalah Model Permainan ( games people play model). Untuk menjelaskan
model ini digunakan analisis transaksional dimana manusia diklasifikasikan
dalam tiga karakter, yaitu kepribadian anak-anak, dewasa, dan orang tua.Model
hubungan transaksional keempat adalah Model Interaksional. Model interaksional
inilah yang akan saya jelaskan secara lebih mendalam.
Model Interaksional
Interaksi
menurut KBBI (2001:438) didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi,
berhubungan, mempengaruhi, antarhubungan. Dan Model, seperti yang telah saya
sebutkan diatas merupakan gambaran untukmenjelaskan sebuah teori. Model
Interaksional dapat dipahami sebagai gambaran tertentu untuk menjelaskan teori
mengenai suatu bentuk hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang
saling melakukan aksi.
Dalam model
interaksional ini, suatu hubungan interpersonal didefinisikan sebagai suatu
sistem. Saya mengambil analogi sistem pencernaan manusia. Dalam sistem
tersebut, masing masing organ seperti mulut, kerongkongan, lambung, dan usus harus dapat melaksanakan
kewajibannya dengan baik. Bila salah satu organ dalam sistem mendapatkan
gangguan, maka akan mengganggu kinerja organ lainnya.
Demikian pula halnya dengan hubungan interpersonal
yang terjadi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Suatu gangguan atau
permasalahan pada satu pihak akan berengaruh terhadap pihak lainnya. Model hubungan ini amat berbeda dengan model
linier dimana suatu hubungan (dalam bentuk komunikasi) hanya terdiri atas satu
arah. Model s-r menggambarkan hanya mengenai stimulus dan respon. Fokus kajian
dalam model s-r hanya sampai tahap dimana pihak penerima stimulus memberikan
respon.
Model Interaksional yang memandang hubungan
sebagai sebuah sistem menggambarkan lebih jauh dari sekedar proses stimulus
hingga keluarnya respon. Bila model linier menggambarkan bahwa individu
bersikap pasif, maka dalam model interaksional ini digambarkan bahwa individu
bersifat aktif.
Model interaksional mengacu pada perspektif interaksionisme
simbolik yang dikembangakan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan komunikasi.
Beberapa konsep penting dalam model interaksional ini adalah diri sendiri, oang
lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Blumer sebagai tokoh penganut
interaksional, mengemukakan tiga premis yang menjadi premis model ini. Premis
pertama mngemukakan bahwa manusia bertindak sesuai makna yang diberikan
kepadanya. Pemis kedua mengatakan bahwa makna tersebut berhubungan langsung
dengan interaksi sosil yang dilakukan individu dalam lingkungannya. Premis yang
ketiga menyatakan bahwa makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui
proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berinteraksi dengan sekitarnya.
Model Interaksional menekankan bahwa individu
yang melakukan hubungan sederajat satu sama lain. Elemen yang juga penting
diperhitungkan dalam model ini adalah feed back atau umpan balik.
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
·
Model Pertukaran Sosial & Analisis transaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang.
Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan
model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh
analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang
dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan
sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dankeruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan
efekefek tidak menyenangkan.
Haree dan Lamb (1996) mendefinisikan teori analisis transaksional sebagai
sesuatu teori kepribadian dan tingkah laku social yang dipakai sebagai wahana
untuk psikioterapi dan perubahan social yang lebih umum. Konsep kepribadian dan
prilaku social dalam teori ini dipandang sebagai satu kesatuan dimana struktur
kepribadian seseorang diyakini akan mempengaruhi cara yang bersangkutan
berinteraksi secara social. Komunikasi atau tindakan membina hubungan dengan
orang lain merupakan wujud interaksi social. Karena alasan ini kemudian
analisis transaksional menempatkan tindakan komunikasi antar manusia sebagai
bagian yang tak terlepaskan. Menurut teori analisis transaksional, ketika dua
lebih orang bertemu, cepat atau lambat; salah satu dari mereka akan menyapa
atau memberikan indikasi lainnya atas kehadiran orang lain. Hal ini disebut “
Stimulus Transaksional”. Orang lain tersebut kemudian akan mengatakan atau
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan stimulus yang diterima. Respon yang
diberikan orang lain tersebut dinamai “Tanggapan Transaksional”. Orang yang
menyampaikan stimulus disebut “agen” dan orang yang merespon disebut “Responden”.
Ø Memulai
hubungan
·
Menjelaskan pembentukan kesan & ketertarikan
Interpersonal dalam memulai hubungan
Tahap Hubungan Interpersonal, Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan
interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini
sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,“fase kontak yang
permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap
perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi
demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang
akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d)
nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak
sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua
adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika
dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,
siapakah yang harus berbicara lebi banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah
yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon.
Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari . Dalam percakapan
misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini
bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan
nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan
wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap
tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti
kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat
memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika
komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara
dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak
akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi.
Ø Hubungan peran
·
Model peran konflik adequacy peran serta auntensitas dalam
hubungan peran.
1.
Model peran
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai
dengan peranannya
2.
Model Interaksional
Model ini
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu
kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara
dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera
akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari
tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
Pemutusan Hubungan
a)
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict
Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu: Kompetisi dimana salah satu pihak berusaha memperoleh
sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam
bidang tertentu dengan merendahkan oranglain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha
mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan
yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus
berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)
Perbedaan nilai dimana kedua pihak tidak sepakat
tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan Interpersonal Terdapat beberapa jenis
hubungan interpersonal, yaitu:
a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
c) berdasarkan jangka waktu, serta
d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan
interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara
dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik.
William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap
hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan
wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang
lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola
berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan
hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara
tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/
kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih
didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil
melalui negosiasi).
Hubungan
interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk
menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan
sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan
saat makan siang dan sebagianya. Hubungan interpersonal berdasarkan jangka
waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka
panjang.
Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan
antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan
hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu
hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa
emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak
maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya. Selain ketiga jenis
hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi
jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau
keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa
merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual.
Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri
(self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan
terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan
intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka
panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama
telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang
ritual.
Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
1. Komunikasi
efektif
Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan
terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan informasi yang disampaikan
dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila
berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat
gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok
yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah
menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau
kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata
melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber
informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang
sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan
menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi
wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian
sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian
mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku.
Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan
diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan
sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang
dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping
merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan
pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka
dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik
sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan
merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat
secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin,
cerdas, bodoh, rajin, atau malas.
Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu
banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk
memperoleh informasi tambahan dengan segera. Manusia selalu berusaha mencapai
konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang
lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai
orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki
kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat
sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan
menerima keberadaan masing-masing.
5. Daya tarik
Dalam hukum
daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu
akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang
pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan
dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik.
Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati,
namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun
karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang
yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik,
sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
6. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi
penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan
menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya
transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih
banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan
orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan
ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis
dan sosial.
7. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik
kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya.
Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang
berpengalaman, ahli dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan
bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untu
mendorong penyelesaian
·
Menjelaskan intimacy dan hubungan pribadi
Secara harfiah
intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain.
Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para
ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang
kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager,
1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang
untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian,
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Intimasi
menurut Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk
hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara
dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling
mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup,
keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
Atwater (1983)
mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat
informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan
yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling
berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini
membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang
dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat
terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan
menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan
Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Selain itu dalam proses intimasi perlu untuk memasukkan unsur perasaan bersatu dengan orang lain.
Selain itu dalam proses intimasi perlu untuk memasukkan unsur perasaan bersatu dengan orang lain.
Kebutuhan untuk
bersatu dengan orang lain merupakan pendorong yang sangat kuat bagi individu
untuk membentuk suatu hubungan yang kuat, stabil, dekat dan terpelihara dengan
baik (Papalia dkk, 2001). Kedekatan perasaan seperti ini dapat menimbulkan
suatu hubungan yang erat dimana hubungan ini sebagai lambang dari empati
(Parrot dan Parrot, 1999). Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas,
dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang
berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud
melalui saling berbagi berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling
membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu sama lain.
·
Menjelaskan intimacy & pertumbuhan
Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Factor-factor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa
berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri
orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang
mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.
Amat besar
pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Teori-teori
tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan
pula hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki
kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu
apa-apa. Teori peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini
kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang
menganggap teori ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini
ternyata tidak pasif. Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas,
Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi,
bukan dalam mengubah perilaku.
Penelitian
Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi
efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok
seperti pragawati dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip,
itu merupakan pola S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang
dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act).
Model S – R mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang
dating dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.
Sumber :
eprints.undip.ac.id/10947/1/SKRIPSI.pdf www.psikologi.or
Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 119Ibid, hlm. 120
Aronson ,Elliot
.(2005).social psychology .upper
saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika,
yogyakarta:kanisius